Manifestasi Peradaban Islam Arab Pada Masa Bani Umayyah

Manifestasi Peradaban Islam Arab Pada Masa Bani Umayyah

1. Ilmu keagamaan

Banyak sekali ilmu keagamaan yang berkembang pada masa ini, namun yang paling diprioritaskan oleh bangsa Arab sendiri adalah al-Quran, Ilmu Hadis dan Ilmu Fiqh, dari sini pula dimulainya penulisan ilmiyyah sangat relevan di kalangan bangsa Arab. Madinah, Basrah, Kuffah, Fustat dan Damaskus adalah Pusat pergerakan keilmuan disini pula berkembangnya ilmu Qiraat dan Tafsir saat itu Ulama yang populer pada bidang ini adalah Nafi’ bin Abdul Rahman bin Abu Nuaim yang menetap di Madinah, ada pula yang di Makkah yaitu, Ibnu Katsir (120 H) kemudian di Kuffah ada ‘Ashim bin Abu al-Nujul (127 H) dan Abu ‘Amir di Damaskus (118).

Adapun ulama Hadis pada masa umayyah yaitu, Sufyam ats-Tsaury yang menetap di Bashrah beliau juga penulis kitab al-Jami’ al Kabir (161 H), Abu Abdul Rahman al-Mughirah penulis kitab al-Sunan (159 H), Abul Malik bin Abdul Aziz bin Juraih (150 H), Mughirah bin Muqsim al-Dhoby (136 H) belian juga menulis kitab al-Faraid, Zaidah bin Qudamah al-tsaqafy, Makhul asy-Syamy (116 H) beliau pula penulis kitab al-Sunan dan Kitab al-Masail fi al-Fiqh, ada juga salah satu Ulama hadis yang popular pada masa ini beliau Abdul Rahman ibnu ‘Amr al-Auza’I (159 H) beliau juga menulis kitab yang sama dengan makhul asy-Asyamy.

2Ilmu Linguistik

Pada masa ini pula dibangunlah sekolah-sekolah yang berbasis ilmu Nahwu yang dipelopori oleh Abu Aswad al-Dually di Bashrah, pembangunan ini pula didasarkan kekhawatiran hilangnya dan kesalahan dlam Bahasa Arab kerena banyaknya pergaulan dengan orang-orang Persia dan Romawi. Yahya bin Ya’mar, Insibah bin Ma’dan, Maimun al-Aqran, Isa bin Amr ast- Astaqafy beliau merupakan Linguis yang Populer, ada juga Yunus bin al-Habib dan al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi mereka semua merupakan murid-murid dari Abu Aswad ad-Dually.

3. Syair

Al-Khalil bin Ahmad al Farahidi merupakan Tokoh Leksikologi Arab yang pertama menyusun kamus, agar memudahkan pembuatan dan pengembangan syair. Penyair masa ini yaitu, Amr bin Abu Rabiah, Ubaidillah bin Qois, Ibnu zaid al-Aswady, al-Farazdaq, abdul Malik bin a-Walid, dan lain sebagainya.

4. Ilmu Teologi Islam

Dimasa ini pula perkembangan teologi islam sangat pesat, seperti Murjiah tokoh teologi pada masa itu adalah Tsabit Qotnah (110 H) , ada juga al-Qodariyah dan al-Jabariyyah.

5. Ilmu Sejarah

Studi sejarah berpusat di Madinah ketika itu, pusat kajiannya adalah perjalan hidup Rasulullah SAW, peperangan dan kisah hijrah ke Habasyah dan Yastrib, tradisi pernulisan sejarah tidak bisa lepas dari Hadis-Hadis Nabi SAW, ada dua metode yang digunkan saat itu yaitu, meninjau dari periwayatan Hadis dan penijauan terhadap Teks itu sendiri. Ada kitab yang disebut dengan al-Magazi dan as-Sirah dua kitab ini adalah hasil dari kompromi Hadis dan Sejarah, lalu para sejarawan menyebarkannya untuk menjadi kurikulum di sekolah-sekolah yang ada di Madinah dan Makkah pada tiga kelompok. Kelompok pertama Ustman bin Affan (105 H) dan Urwah bin Zubair (92 H), lalu kelompok kedua Abdullah bi Abu Bisyr al-Anshory (135 H) dan Amr bin Qotadah (120 H) dan kelompok ketiga yaitu, Muhammad ibn Ishaq.

6. Ilmu kimia dan kedokteran

Pelopor ilmu Kimia saat itu adalah Khalid bin Yazid bin Muawiyyah, beliau mendapatkan ilmu ini dari seorang Rahib Alexandria, adapun ilmu kedokteran yang lebih popular dari kalangan kaum Nasroni seperti, Ibn Astal belia merupak dokter Muawiyyah bin Abu Sufyan dan al-Hajjaj  bin Yusuf ast-Tsaqofy .


Penulis : Syarifudin Chairul Umam

Dikutip dari Kitab Mausu’ah al-Tarikh al-Islamy fi al-Ashr al-Umawi

Dakwah Pemuda Islam Zaman Now

Dakwah Pemuda Islam Zaman Now

Penyebaran Islam secara damai di Nusantara tentunya harus dipahami oleh masyarakat Muslim Indonesia, terlebih untuk generasi muda. Islam dapat disambut hangat dan diterima dengan tangan terbuka. Cara-cara yang dilakukan oleh para pedagang Gujarat dan Persia dalam menyebarkan ajaran Islam menuai respon baik dari beragam kalangan. Setelah itu, Islam pun menyebar melalui jalur-jalur lain seperti pernikahan, kesenian, dan budaya lokal. Bahkan ada kalangan yang menggabungkan beberapa aspek tersebut menjadi satu.

Dengan budaya dan seni, dakwah menjadi sesuatu yang menarik. Dakwah sebagai perantara dalam menyerukan kebaikan dan keislaman tidak terkesan menakutkan atau hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu. Figur pendakwah yang cerdas dan bijak menggunakan budaya dan kearifan lokal terbukti menjadi penyuluh masyarakat. Mereka mampu mengenalkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur agama secara baik dan persuasif. Manfaat dan pengaruhnya terbukti hingga sekarang.

Dakwah Islam yang damai dan bijak terhadap budaya dan kearifan lokal ternyata menjadi salah satu kunci keberhasilannya. Jika dulu, sekitar lima ratus tahun yang lalu, Sunan Kalijaga mengajarkan Islam di Nusantara dengan cara yang unik melalui kesenian wayang kulit, maka di era sekarang metode dakwah beliau harus dilanjutkan. Khususnya adalah spirit cerdas membaca budaya dan perkembangan. Tujuannya satu, untuk menciptakan generasi bangsa yang cinta agama dan negara.

Sudah pasti cara yang digunakan dalam berdakwah berubah dan berkembang seiring dengan perubahan masyarakat. Era kemajuan teknologi bukanlah hambatan, akan tetapi merupakan tantangan. Generasi muda harus mampu memaksimalkan kemajuan teknologi untuk sesuatu yang bermanfaat. Bukan sebaliknya, menyalahgunakannya untuk memicu keributan atau menimbulkan keresahan.

Dewasa ini, pemanfaatan teknologi media sosial sangat santer menyentuh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Usia remaja hingga menginjak dewasa dapat dipastikan pernah mengecap berbagai macam media sosial yang tersedia, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, ataupun Youtube. Beragam media ini sangatlah baik jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti contohnya adalah berdakwah.


Kita tidak boleh berpangku tangan membiarkan ruang publik di media sosial hanya dipenuhi oleh berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate speech), ataupun virus radikalisme dan esktrimisme lainnya.

Dakwah memiliki ruang tersendiri yang tidak akan kehilangan konsumen maupun luput dari perhatian masyarakat. Jika bicara segmentasi, berdakwah lewat televisi atau majelis ta'lim masih sering ditemui. Namun, ada ranah baru yang harus digalakkan dalam berdakwah, khususnya bagi para pemuda Indonesia. Istilah yang santer terdengar adalah dakwah zaman now.

Para pemuda sepatutnya memiliki kreatifitas dalam menciptakan produk dakwah yang menarik bagi pemuda masa kini, contohnya adalah lewat lagu, buku, blog, maupun video. Penyebaran produk-produk dakwah ini dapat memanfaatkan media sosial yang kini lebih dekat dengan para pemuda. Sebagai misal, beberapa pendakwah ada yang berhasil menjadi ikon di kalangan pemuda saat ini, mereka berhasil menyentuh angka hampir dua juta followers (pengikut) dengan video yang ditonton hampir satu juta setiap kali tayang. Tentu saja fenomena ini diharapkan tidak cepat menguap.

Oleh karenanya, generasi muda Indonesia harus terus memacu diri untuk dapat memaksimalkan media sosial dalam upaya menyebarkan pesan-pesan mulia agama. Dengan kemampuan ini, secara tidak langsung, kita sudah berusaha untuk mencintai agama, nusa dan bangsa. Kita tidak boleh berpangku tangan membiarkan ruang publik di media sosial hanya dipenuhi oleh berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate speech), ataupun virus radikalisme dan esktrimisme lainnya.

Dakwah Islam yang cerdas dan ramah di jagat media sosial inilah yang saat ini perlu dipelopori oleh generasi muda. Dengn potensi kreatifitasnya, sudah seharusnya generasi pemuda mampu berpartisipasi menebar pesan damai Islam. Dengan harapan, Indonesia akan menjadi negara yang maju dan beradab.

Jadilah Pembeda Di antara Temanmu

Hidup ini bagaikan roda yang berputar. Kadang kala merasa unggul dari orang lain dan kadang kala merasa kalah dari orang lain. Seperti hal nya ketika kamu berada di dalam kelas saat masih duduk di bangku sekolah. Kala itu kamu merasa lebih unggul dalam hal apapun dari teman-teman sekelasmu. Kamu selalu bisa di andalkan oleh teman-temanmu saat kerja kelompok, saat olahraga, atau bahkan saat sedang ujian. Rasanya seperti menjadi penguasa kelas meskipun kamu bukan menjadi ketua kelas. Keadaan seperti ini sungguh menyenangkan, bukan?

Jadilah Pembeda Di antara Temanmu

Namun, hidup bukanlah seperti itu. Tidak selamanya kamu merasa berada diatas dari yang lain sebab diatas langit masih terdapat langit-langit lainnya yang lebih tinggi. Keadaan berubah drastis ketika kamu sudah lulus dan memasuki dunia perkuliahan. Dimana kala itu kamu merasa unggul dari teman-teman sekelasmu saat berada di sekolah, berubah menjadi tak berdaya dengan teman-teman sekelasmu saat berada di bangku perkuliahan. Ibaratnya kamu menjadi seperti semut yang berada diantara para gajah. Sulit rasanya untuk bisa mengimbangi kehebatan mereka.

Lalu, apakah kamu akan menyerah dengan keadaan seperti itu?

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehebat apapun temanmu pasti mempunyai kekurangan. Walaupun kamu seperti seekor semut kecil yang tak berarti dihadapan para gajah yang hebat, bukan berarti seekor semut tidak memiliki keahlian yang ada di dalam dirinya. Meskipun kamu merasa minder karena kalah hebatnya dengan teman-teman sekelasmu, bukan berarti kamu tidak bisa apa-apa. Tumbuhkanlah rasa keyakinan dalam diri bahwa kamu juga mempunyai kemampuan yang tak kalah hebatnya dengan teman-teman sekelasmu.
Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat. ~Al Hasan Al Bashri~
Optimisme perlu diraih agar semua keminderan itu musnah. Carilah sebuah kemampuan yang jarang teman-teman sekelasmu miliki. Kemudian maksimalkan kemampuan itu. Dengan begitu, kamu bisa mengungguli mereka dengan kemampuan yang mereka tidak miliki. Sebagai contoh, bila temanmu hebat dalam hal pelajaran namun dia tidak mahir dalam hal teknologi, maka unggulilah dia dalam hal teknologi. Dengan begitu, kamu bisa dikenal dan diandalkan oleh temanmu bila temanmu meminta bantuanmu dalam hal teknologi.

Seekor semut bisa menjadi terkenal di kalangan para gajah karena dia mempunyai kemampuan yang berbeda dari gajah-gajah yang ada. Semut itu menunjukkan bahwa meskipun dia kecil dan keberadaannya sering tak dianggap, namun dia tetap berusaha agar dirinya dikenal oleh para gajah yang ada di sekitarnya dengan menunjukkan kemampuan yang tidak di miliki oleh para gajah di sekitarnya. Dengan begitu, para gajah akan mengakui semut itu dengan segala kemampuannya.

Begitu juga bila kamu berada di dalam kelas yang berisi orang-orang hebat di dalamnya, namun kamu merasa bahwa kamulah satu-satunya orang yang tak sehebat mereka. Maka, janganlah menjadi minder dengan ketidakhebatanmu itu terhadap mereka. Carilah kemampuan yang mereka tidak miliki. Kemudian kembangkanlah kemampuan itu. Dengan kemampuan yang berbeda tersebut, kamu akan diakui oleh mereka sebagai orang yang hebat juga.

Melihat Potensi Yang Terpendam Dalam Diri

Ada apa dengan diri kamu? Begitu berartikah apa-apa yang ada di dalam diri kamu? Mungkin ada yang mengira bahwa diri kamu itu hanya hal yang biasa-biasa saja. Tidak memiliki kehebatan atau kekuatan di dalam diri kamu yang bisa memberikan kemajuan dan kesuksesan.
Melihat Potensi Yang Terpendam Dalam Diri

Bagi para pesimistis, melihat diri tidak lain hanyalah sebuah kelemahan. Mereka akan mengeluhkan dirinya karena ketidakmampuan untuk berbuat sesuatu. Tapi bagi para optimistis, mereka melihat dirinya dengan segala keterbatasannya adalah sebagai sebuah kekuatan atau kehebatan yang setiap saat bisa diledakkan untuk mencapai sebuah kesuksesan.

Apakah kamu sadar bahwa segala kunci kesuksesan itu sesungguhnya ada di dalam dirimu sendiri? Bahkan di dalam Al-Qur’an sendiri mengingatkan agar kamu mempelajari dan menelusuri kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri kamu. Al-qur’an juga menegaskan kalau kesuksesan seseorang itu sangat di pengaruhi oleh kesungguhan dirinya untuk merubah nasibnya sendiri.

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd ayat 11)

Dengan demikian sebelum orang melakukan perubahan terhadap yang ada di luar dirinya, maka pertama yang harus dirubah dan diperbaiki adalah dirinya sendiri dulu. Ada sebuah prinsip bahwa segalanya diciptakan dua kali seperti para tukang kayu yang selalu mengukur dua kali baru memotongnya. Apa maksudnya?

Bahwa ketika kamu ingin meraih sesuatu hal yang pertama-tama dibuat adalah membayangkan dan merencanakan bagaimana meraihnya di dalam alam pikiran kamu. Setelah gambaran itu diciptakan, catatkanlah rencana tadi dari keinginan kamu. Barulah kamu mencoba membuat rancangan bagaimana agar keinginan itu bisa diraih di alam nyata.

Jadi, yang dimaksudkan dengan prinsip segalanya dua kali itu adalah satu hal yang harus kamu ciptakan dulu adalah keinginan dan konsep dalam diri kamu. Barulah kemudian kamu mewujudkannya di alam nyata dengan melangitkan doa dan membumikan ikhtiar.

Di sinilah perlunya setiap pribadi muslim harus terus membangun kesadaran diri bahwa dirinya itu memiliki potensi diri yang bisa diledakkan. Dan memiliki keyakinan diri bahwa kalau saja dia berkeinginan keras dan bekerja keras serta membangun optimisme bahwa Allah SWT akan menolong dan memudahkan segala urusannya, maka segalanya menjadi mudah dan ringan.


Sekarang masalahnya adalah sudahkah kamu mengenali diri kamu sendiri? Yakinkah kamu dengan kemampuan yang kamu miliki? Dan sudah berprasangka baikkah kamu kepada Allah SWT? Jika belum, kenapa tidak memulainya?

Sikap Menghadapi Hinaan Orang Lain

Pernahkah kamu merasa dihina oleh orang lain? Lalu, apa yang kamu lakukan jika kamu dihina? Meratapinya? Atau membalasnya dengan hinaan yang sama?

Mari kita berfikir sejenak!

Sikap menghadapi hinaan orang lain


Hidup di dunia ini tak terlepas dari hinaan dan celaan. Ada saja orang-orang yang menghina dirimu karena keadaan fisikmu, penampilanmu, status sosialmu, dan lain sebagainya. Ketika dirimu dihina oleh orang lain, pasti timbul dalam hati perasaan sakit, marah dan kesal terhadap orang yang menghina dirimu itu. Rasanya ingin membalasnya dengan hinaan yang sama atau bisa jadi lebih buruk dari itu. Hal itu bisa saja kamu lakukan, namun percayalah dampak negatifnya lebih besar untuk dirimu. Waktumu juga akan menjadi sia-sia, bahkan bisa mendatangkan berbagai keburukan setelahnya.

Lalu, apakah kita hanya berdiam diri ketika dihina oleh orang lain?


Jawabannya adalah “Ya!”. Ketika ada orang lain yang menghina fisikmu, penampilanmu, status sosialmu, dan lain sebagainya, cukuplah kamu membalasnya dengan diam, tenang, dan sabar. Mengapa begitu? Karena pada saat itu sedang terjadi proses transfer yang luar biasa cepatnya, dimana pahalamu sedang bertambah dari orang yang menghinamu, sedangkan dosa-dosamu sedang diambil oleh orang yang sedang menghinamu. Nah bukankah hal itu menyenangkan, hanya diam, tenang dan sabar kamu bisa mendapatkan pahala gratis dan terhapus dosamu tanpa usaha.

Dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa Nabi dan Rasul pun pernah mengalami hinaan oleh kaumnya sendiri. Padahal Nabi dan Rasul adalah manusia yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah swt. Mereka begitu sempurna hingga tak memiliki cacat dan kesalahan. Namun, lihatlah bagaimana hinaan dari kaumnya kepada mereka.

Nabi Nuh as dituduh sesat :
قَالَ الْمَلأُ مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Pemuka-pemuka kaumnya (Nuh) berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar- benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Al-A’raf:60)

Nabi Hud as dituduh kurang waras dan pendusta :
قَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وِإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Pemuka-pemuka orang- orang yang kafir dari kaumnya (Hud) berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS.Al-A’raf:66)

Nabi Shalih as disebut sebagai pendusta dan sombong :
أَأُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِن بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ
“Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (Shalih) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong.” (QS.Al-Qamar:25)

Nabi Musa dianggap hina seperti anak kecil karena tidak fasih dalam berbicara :
أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ
“Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?” (QS.Az-Zukhruf:52)
                                                                             
Nabi Muhammad disebut sebagai penyair, pendusta dan orang gila :
وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ                  
Dan mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS.As-Shaffat:36)

Ayat-ayat diatas telah menjelaskannya, para Nabi dan Rasul dianggap oleh kaumnya sebagai orang gila, tukang sihir, sesat, pendusta dan lain sebagainya. Namun apakah para Nabi dan Rasul tersebut kesal dan membalas perbuatan kaumnya dengan balasan yang sama atau bahkan lebih? Tentu saja tidak! Walaupun para Nabi dan Rasul tersebut bisa membalas perbuatan kaumnya dengan balasan yang setimpal atau bahkan lebih dahsyat, tetap saja para Nabi dan Rasul tersebut tidak mau menyakiti kaumnya dan bahkan mendoakan kaumnya agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah Swt. sehingga bisa berada di jalan yang lurus.

Oleh karena itu, janganlah membalas hinaan dengan hinaan juga seperti yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul tersebut. Lalu janganlah membenci orang yang telah menghinamu 

Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada tangan yg telah menghancurkannya. -Ali Bin Abi Thalib-
Kemudian doakanlah orang yang menghinamu agar diberikan hidayah oleh Allah Swt.

Semoga Allah Swt. melimpahkan hidayah dan petunjukNya kepada kita semua sehingga setiap ucapan dan tindakan kita senantiasa terjaga dan terpelihara.

Cara Menghafal Surah-Surah dalam Al-Qur'an

Setiap orang pasti mempunyai cara yang berbeda beda dalam menghafal surah-surah Al-Qur'an. Tetapi, kali ini saya akan membagikan cara menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an versi pengalaman saya. Oke langsung saja simak caranya dibawah ini.


Cara Menghafal Surah-Surah dalam Al-Qur'an

Cara untuk menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an versi pengalaman saya yaitu :


1.       NIAT                     


Untuk menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an, kamu harus niat terlebih dahulu. Kenapa niat berada pada posisi pertama? Karena niat itu sangat penting seperti sabda Nabi Muhammad Saw,  "Amal (perbuatan) itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya......" Jadi jika kamu ingin menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an, maka yang pertama kamu lakukan adalah dengan berniat terlebih dahulu untuk menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an. Dengan begitu, kamu pasti akan mudah menghafalnya Insya Allah.


2.     CINTA


Cara selanjutnya yaitu cinta. Ciee cinta wkwk... cinta yang saya maksudkan yaitu pilih salah satu surah atau beberapa surah yang kamu sukai atau kamu cintai untuk kamu hafal bukan cintaku kepadamu tak terbatas oleh ruang dan waktu eh... Kembali ke topik pembahasan hehehe... 


Dalam menghafal surah-surah Al-Qur'an, pilihlah satu surah terlebih dahulu yang kamu sukai dan kamu fokuskan supaya kamu tidak merasa terbebani menghafal banyak surah-surah dalam Al-Qur'an. Dengan perasaan cinta terhadap surah yang kamu pilih itu, Insya Allah kamu pasti akan lebih mudah, enak, nikmat dalam menghafalnya. Contohnya begini " Setelah aku membaca surah Al-Waqi'ah, kayaknya aku mulai suka dengan surah ini. Ayat-ayatnya yang pendek dan surahnya yang menjelaskan tentang hari kiamat dan proses kehidupan setelah kematian, membuat aku penasaran pengen menghafalkannya. Aku coba deh sedikit sedikit dulu ngafalinnya


3.     BACA


Cara selanjutnya yaitu baca. Untuk menghafal Al-qur’an, di perlukan banyak membaca Al-qur’an. Ada 2 metode untuk membaca, yaitu :


a.     Metode Pertama


Menghafal per-halaman. Maksudnya kamu membaca satu halaman yang mau kamu hafal sebanyak tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu halaman, baru kamu pindah ke halaman berikutnya.


Perlu diperhatikan, setiap kamu menghafal satu halaman, sebaiknya kamu juga menghafal satu ayat di halaman berikutnya. Agar kamu bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.


b.     Metode Kedua


Menghafal per-ayat,  yaitu kamu membaca satu ayat yang mau kamu hafal tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar kamu baru menghafal ayat tersebut. Setelah hafal ayat pertama kamu pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, begitu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke halaman berikutnya sebaiknya kamu mengulangi halaman-halaman sebelumnya agar lebih kuat hafalannya.


4.     DENGAR

Cara yang berikutnya yaitu mendengarkan bacaan surah Al-Qur'an yang di lantunkan oleh syeikh atau imam-imam yang mempunyai suara yang merdu dan tajwid yang benar. Kamu tinggal memilih menurut selera kamu syeikh atau imam-imam mana yang suaranya kamu suka. Misalnya, kamu suka dengan syeikh Misyari Rasyid Al-Afasy, kamu bisa mendownload murottal syeikh Misyari Rasyid Al-Afasy di google dalam bentuk mp3 atau video atau mendownload aplikasinya.

Selanjutnya kamu dengarkan satu surah atau beberapa surah yang di lantunkan oleh syeikh atau imam-imam yang telah kamu pilih. Kemudian, kamu ikuti bacaan surah Al-Qur'an yang di lantunkan oleh syeikh atau imam-imam yang telah kamu pilih. Setelah itu, cobalah kamu test hafalanmu tanpa mendengarkan murottal dari syeikh atau imam-imam yang telah kamu pilih. Lakukan cara ini sesering mungkin agar kamu cepat menghafalnya. Cara ini sangat efektif untuk menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an. 


Menurut saya, kebanyakan orang mempunyai kecerdasan menghafal dengan cara mendengarkan. Banyak orang yang hafal lagu-lagu yang baru dirilis oleh artis yang mereka sukai. Coba deh kamu tanya sama temanmu tentang lagu taylor swift yang terbaru, pasti temanmu itu tau dan hafal banget lagunya. Nah untuk itu, metode mendengarkan sangat efektif dan cepat dalam menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an.


5.     MUROJA'AH


Cara yang terakhir adalah muroja'ah. Jika kamu sudah menghafal satu atau beberapa surah Al-Qur'an, sering seringlah muroja'ah hafalanmu supaya tidak cepat lupa dan menghilang. Lakukan muroja'ah ketika kamu sedang bete dirumah gk ngapa-ngapain, sedang di kendaraan, sedang tidak dalam waktu sibuk, dan lain sebagainya. Gunakan waktu dengan sepinter pinternya untuk bermuroja'ah Insya Allah hafalanmu bertambah kuat dan tidak lupa. Dan satu hal lagi yaitu kurangi maksiat agar hafalanmu tidak hilang.


Oke itulah cara menghafal surah-surah dalam Al-Qur'an versi pengalaman yang saya lakukan. Mohon maaf apabila cara ini ada yang salah. Tetap semangat dan tebar kebaikan.

Kalimat Pencegah Maksiat

Setiap manusia pasti pernah melakukan dosa dan maksiat (setuju gak setuju itu adalah fakta). Tidak ada manusia yang ma'shum (terjaga) dari kesalahan dan dosa, kecuali Rasulullah . Ketika kita melakukan dosa dan maksiat, tak terpikirkan oleh kita bahwa Allah itu bersama kita, melihat kita, dan menyaksikan apa yang perbuat. Dipikiran kita yang ada hanyalah hawa nafsu yang mendorong kita untuk melakukan perbuatan tersebut.

Kalimat Pencegah Maksiat

Padahal Allah SWT berfirman dalam surah Fussilat ayat 22 :


وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ

وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ


"Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Fussilat : 22)


Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana cara kita untuk mencegah perbuatan dosa dan maksiat?


Ada sebuah kalimat yang insya Allah mampu untuk mencegah perbuatan dosa dan maksiat, yaitu :


الله معي,الله ناظري,الله شاهدي


"Allah Bersamaku, Allah Melihatku, Allah Menyaksikanku"


Kalimat ini sangat terkenal di kalangan ulama arif billah. Bahkan Syeikh Al-Azhar : Imam Abdul Halim Mahmud selalu menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hatinya. Maknanya yang dahsyat jika dihayati dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan rasa ma'iyatullah ( selalu merasa disertai,dilihat,dan disaksikan oleh Allah SWT dimana saja dan kapan saja ) Sehingga pada akhirnya akan menumbuhkan Taqwa yang tinggi kepada Allah SWT.


Ada sebuah kisah menarik yang bisa kita ambil hikmahnya :


Syekh Junaid Al-Baghdadi adalah seorang tokoh sufi besar yang ternama. Ia mempunyai seorang murid yang sangat disayanginya yang menyebabkan santri-santri Junaid yang lain iri hati. Jauh di dalam hati, mereka tak dapat menerima mengapa sang guru memberi perhatian khusus kepada anak itu.


Suatu saat, Syekh Junaid menyuruh semua santrinya membeli ayam di pasar untuk kemudian disembelih. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat dimana tak ada yang dapat melihat mereka dengan syarat sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas tersebut.


Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih kecuali murid kesayangan Junaid. Akhirnya ketika matahari tenggelam, sang murid muda itu baru datang dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu telah gagal melaksanakan perintah Syeikh yang sangat mudah.


Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya.


Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana.


Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Sedangkan santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.


Tibalah giliran santri muda kesayangan Junaid yang tak berhasil memotong ayam. Sambil tertunduk malu karena merasa tak dapat menjalankan perintah sang guru. Ia pun bercerita: “Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia (Allah) tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia masih menemaniku. Padahal aku tak bisa pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku."


Para murid Syekh Junaid yang lain pun tertegun.


Kesimpulannya adalah tanamkanlah keyakinan dalam hati kita bahwa Allah bersama kita, Allah Maha melihat, Allah Maha menyaksikan apa yang kita perbuat.