Pernahkah
kamu merasa dihina oleh orang lain? Lalu, apa yang kamu lakukan jika kamu
dihina? Meratapinya? Atau membalasnya dengan hinaan yang sama?
Mari kita berfikir sejenak!
Nabi Nuh as dituduh sesat :
Nabi Hud as dituduh kurang waras dan pendusta :
Nabi Shalih as disebut sebagai pendusta dan sombong :
Nabi Musa dianggap hina seperti anak kecil karena tidak fasih dalam berbicara :
Nabi Muhammad disebut sebagai penyair, pendusta dan orang gila :
Ayat-ayat diatas telah menjelaskannya, para Nabi dan Rasul dianggap oleh kaumnya sebagai orang gila, tukang sihir, sesat, pendusta dan lain sebagainya. Namun apakah para Nabi dan Rasul tersebut kesal dan membalas perbuatan kaumnya dengan balasan yang sama atau bahkan lebih? Tentu saja tidak! Walaupun para Nabi dan Rasul tersebut bisa membalas perbuatan kaumnya dengan balasan yang setimpal atau bahkan lebih dahsyat, tetap saja para Nabi dan Rasul tersebut tidak mau menyakiti kaumnya dan bahkan mendoakan kaumnya agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah Swt. sehingga bisa berada di jalan yang lurus.
Oleh karena itu, janganlah membalas hinaan dengan hinaan juga seperti yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul tersebut. Lalu janganlah membenci orang yang telah menghinamu
Mari kita berfikir sejenak!
Hidup di dunia ini tak terlepas dari hinaan dan celaan. Ada saja orang-orang
yang menghina dirimu karena keadaan fisikmu, penampilanmu, status sosialmu, dan
lain sebagainya. Ketika dirimu dihina oleh orang lain, pasti timbul dalam hati
perasaan sakit, marah dan kesal terhadap orang yang menghina dirimu itu.
Rasanya ingin membalasnya dengan hinaan yang sama atau bisa jadi lebih buruk
dari itu. Hal itu bisa saja kamu lakukan, namun percayalah dampak negatifnya
lebih besar untuk dirimu. Waktumu juga akan menjadi sia-sia, bahkan bisa
mendatangkan berbagai keburukan setelahnya.
Lalu, apakah kita hanya berdiam diri ketika dihina oleh orang lain?
Jawabannya adalah “Ya!”. Ketika ada orang lain yang menghina fisikmu,
penampilanmu, status sosialmu, dan lain sebagainya, cukuplah kamu membalasnya
dengan diam, tenang, dan sabar. Mengapa begitu? Karena pada saat itu sedang
terjadi proses transfer yang luar biasa cepatnya, dimana pahalamu sedang
bertambah dari orang yang menghinamu, sedangkan dosa-dosamu sedang diambil oleh
orang yang sedang menghinamu. Nah bukankah hal itu menyenangkan, hanya diam,
tenang dan sabar kamu bisa mendapatkan pahala gratis dan terhapus dosamu tanpa
usaha.
Dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa Nabi dan Rasul pun pernah mengalami hinaan
oleh kaumnya sendiri. Padahal Nabi dan Rasul adalah manusia yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi
Allah swt. Mereka begitu sempurna hingga tak memiliki cacat dan kesalahan.
Namun, lihatlah bagaimana hinaan dari kaumnya kepada mereka.
Nabi Nuh as dituduh sesat :
قَالَ الْمَلأُ مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلاَلٍ
مُّبِينٍ
Pemuka-pemuka
kaumnya (Nuh) berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar- benar berada
dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Al-A’raf:60)
Nabi Hud as dituduh kurang waras dan pendusta :
قَالَ
الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ
وِإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Pemuka-pemuka
orang- orang yang kafir dari kaumnya (Hud) berkata, “Sesungguhnya kami
memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang
yang berdusta.” (QS.Al-A’raf:66)
Nabi Shalih as disebut sebagai pendusta dan sombong :
أَأُلْقِيَ
الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِن بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ
“Apakah
wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (Shalih) seorang
yang sangat pendusta (dan) sombong.” (QS.Al-Qamar:25)
Nabi Musa dianggap hina seperti anak kecil karena tidak fasih dalam berbicara :
أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا
يَكَادُ يُبِينُ
“Bukankah
aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat
menjelaskan (perkataannya)?” (QS.Az-Zukhruf:52)
Nabi Muhammad disebut sebagai penyair, pendusta dan orang gila :
وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ
مَّجْنُونٍ
Dan
mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang
penyair gila?” (QS.As-Shaffat:36)
Ayat-ayat diatas telah menjelaskannya, para Nabi dan Rasul dianggap oleh kaumnya sebagai orang gila, tukang sihir, sesat, pendusta dan lain sebagainya. Namun apakah para Nabi dan Rasul tersebut kesal dan membalas perbuatan kaumnya dengan balasan yang sama atau bahkan lebih? Tentu saja tidak! Walaupun para Nabi dan Rasul tersebut bisa membalas perbuatan kaumnya dengan balasan yang setimpal atau bahkan lebih dahsyat, tetap saja para Nabi dan Rasul tersebut tidak mau menyakiti kaumnya dan bahkan mendoakan kaumnya agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah Swt. sehingga bisa berada di jalan yang lurus.
Oleh karena itu, janganlah membalas hinaan dengan hinaan juga seperti yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul tersebut. Lalu janganlah membenci orang yang telah menghinamu
Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada tangan yg telah menghancurkannya. -Ali Bin Abi Thalib-Kemudian doakanlah orang yang menghinamu agar diberikan hidayah oleh Allah Swt.
Semoga Allah Swt. melimpahkan hidayah dan petunjukNya kepada kita semua
sehingga setiap ucapan dan tindakan kita senantiasa terjaga dan
terpelihara.